Prologue to Awesomeness: Awal Mula Prasasti

10:32 PM

Bagi kalian yang penasaran gimana proses kelahiran gerombolan bocah-bocah tua pecinta seperangkat logam bernada, mari kita tilik starting poinnya dari dua tahun lalu.

Ceritanya berawal di suatu sore di Jogja. Sekelompok mas-mas mbak-mbak Sastra Inggris angkatan 2009 yang baru saja ditinggal mata kuliah Cross Cultural Understanding ternyata kecanduan nabuh gamelan setelah satu semester memainkan alat musik tradisional. Demi mencari candunyamereka muter-muter nyari info dimana bisa main gamelan lagi. Sowan lah mereka ke tempat pak Eddy dosen Sastra Inggris tercinta. Dari beliau, mereka diarahkan untuk mencoba berlatih di BBM alias Balai Budaya Minomartani, sebuah baai budaya indah asri di selipan sebuah gang deket bakul bensin di daerah Condong Catur. Di sana, mereka dipertemukan dengan mas Nanang Karbito yang kemudian bersedia menjadi pelatih dan berproses dengan teman-teman Sastra Inggris yang haus tabuhan itu. Setelah beberapa kali proses diskusi santai di payung sakti BBM, akhirnya disepakati latihan rutin mulai hari Kamis.

Semua mulai menepati instrumen yang diminati. Waktu itu mba Nanda belum kepincut rampak dan mas Fajar masih pake pom-pom di kepala. Latihan pertamapun di mulai. Suhu-suhu yang dulu masih cupu itu belajar ngga cuma memainkan gamelan, tapi menghormati dan memaknai semua kegiatan. Bahwa ini juga merupakan penghargaan buat pujangga-pujangga jaman dahulu yang dengan indah udah bisa menciptakan gendhing-gendhingi sakral penuh makna dan wibawa. Bahwa ini juga merupakan proses pelestarian kebudayaan dengan melakukan pengembangan terhadap gendhingi-gendhing yang sudah ada. Bahwa nantinya juga akan ada proses penciptaan kreasi atau aransemen yang benar-benar baru sebagai bentuk kreaifitas dan penyampaian ide. Intinya, kegiatan ini nantinya akan tetap menghormati yang lama, sambil menciptakan yang baru. Menjelajah masa lalu supaya bisa berdiri hari ini dan menapak ke masa depan lol.

To infinity and beyond~ (tapi jangan naik-naik Gong. Ngga sopan lol)

Dulu, karya pertama yang dimainkan adalah Asmaramurka gubahan mas Nanang Karbito sendiri. Karya ini berkisah tentang Rahwana sang Dasamuka, dan bagaimana Ramayana dilihat dari sudut pandangnya. Sampai kini pun karya ini masih sering dimainkan di mana-mana. Dimulai dari situ, perlahan-lahan from zero melewati banyak latihan, banyak pulang malam, banyak pentas, dan banyak lagi yang lainnya, hingga kini jadi lumayan punya nama dan sering pentas. Karya yang dibuat mas Nanang untuk teman-teman Prasasti juga semakin lama semakin bertambah.

Berawal dari wacana yang terlaksana, akhirnya muncullah gerombolan bahagia ini.

Pak Eddy secara pribadi juga cukup senang dengan antusias mahasiswanya yang kepincut kesenian tradisional ini. Pelajaran karawitan di mata kuliah Cross Cultural Understanding merupakan juga sebenarnya perwujudan impian pak Eddy yang ingin mahasiswa yang belajar gamelan dapat credit daru jurusan. Jadi awalnya mata kuliah itu mata kuliah pilihan. Sekarang sudah jadi mata kuliah wajib.

Semoga Prasasti bisa terus maju, makin banyak juga yang cinta gamelan dan budaya-budaya tradisional lainnya.

Nguri-uri budhaya Jawi~ 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Followers